Trump Peringatkan Putin ‘Main Api’, Kericuhan Gaza Lukai 47 Orang: Dunia dalam Ketegangan
iNews Padangpanjang- Situasi geopolitik dunia memanas. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali melancarkan kritik pedas kepada Presiden Rusia Vladimir Putin, menyebut sang pemimpin Kremlin tengah “bermain api” di tengah mandeknya proses perdamaian Ukraina. Sementara itu, di belahan dunia lain, kericuhan besar pecah di Jalur Gaza saat ribuan warga menyerbu pusat bantuan kemanusiaan, menyebabkan puluhan orang luka-luka.
Kritikan Trump terhadap Putin dilontarkan usai serangan udara besar-besaran yang dilancarkan Rusia menghantam ibu kota Ukraina, Kyiv, pada akhir pekan lalu. Serangan yang menewaskan setidaknya 13 orang itu memperuncing ketegangan yang sudah lama terjadi antara Moskow dan Washington.
“Putin benar-benar gila. Dia bermain api di Ukraina, dan kalau tidak segera berhenti, Rusia akan menghadapi gelombang sanksi yang lebih berat,” ujar Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih, Selasa (27/5/2025).

Baca Juga : Pemerintah Kota Padang Panjang Diminta Manfaatkan Lapor Warga untuk Aspirasi
Trump yang sebelumnya mengaku mampu mengakhiri perang Rusia-Ukraina dalam 24 jam, kini mulai menunjukkan sikap frustrasi. Ia juga menegaskan bahwa tindakan Rusia akan memperburuk krisis global dan menyulut konflik lebih luas jika dibiarkan.
Kremlin Balas, Anggap Trump Emosional
Menanggapi pernyataan Trump, juru bicara Kremlin menyebut kritik tersebut hanyalah “reaksi emosional” dari pemimpin Amerika Serikat yang sedang tertekan karena upaya damainya tak membuahkan hasil.
“Retorika seperti itu tidak akan membawa kita ke meja perundingan, justru menjauhkan dari penyelesaian diplomatik,” kata Dmitry Peskov, juru bicara Putin.
Usulan Zelensky: Pertemuan Trilateral Trump-Putin-Zelensky
Dalam upaya meredam konflik, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengusulkan pertemuan tiga pihak antara dirinya, Trump, dan Putin. Tujuannya, untuk memaksa Moskow menghentikan agresi militernya yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.
Namun Kremlin menolak ide tersebut. Mereka menyebut pertemuan semacam itu hanya mungkin terjadi setelah ada kerangka kesepakatan yang jelas.
Trump menyambut usulan itu secara terbuka, tetapi juga menyampaikan rasa frustrasi kepada kedua pemimpin karena belum tercapainya kesepakatan damai.
Gaza Memanas: Warga Serbu Bantuan, 47 Orang Terluka
Rafah, Gaza – Di Jalur Gaza, penderitaan rakyat sipil kian dalam. Ribuan warga yang kelaparan dan kekurangan obat-obatan menyerbu pusat distribusi bantuan baru di Rafah, yang dikelola Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) dan didukung oleh Amerika Serikat.
Akibat kericuhan yang terjadi pada Selasa (27/5), sekitar 47 orang dilaporkan luka-luka, sebagian besar terkena tembakan tentara Israel yang berupaya mengendalikan massa.
Pusat bantuan yang diserbu tersebut merupakan bagian dari skema distribusi baru hasil kolaborasi AS dan Israel, yang dinilai melewati sistem resmi PBB. Banyak organisasi kemanusiaan internasional mengecam langkah ini karena dianggap tidak adil dan mengabaikan prinsip-prinsip kemanusiaan yang telah disepakati dunia internasional.
“Situasinya kacau. Warga berebut makanan dan obat. Banyak yang tertembak ketika tentara mencoba membubarkan kerumunan,” kata salah satu relawan lokal.
Blokade dan Krisis Kemanusiaan
Krisis di Gaza diperparah oleh blokade ketat yang diberlakukan Israel sejak 2 Maret lalu. Langkah ini membuat pasokan bantuan menjadi sangat terbatas. AS mencoba mencairkan situasi dengan menginisiasi distribusi melalui GHF, namun hasilnya justru menciptakan gejolak baru.
PBB dalam laporannya menyatakan kekhawatiran bahwa pendekatan semacam ini justru memperparah keadaan. PBB menyerukan agar sistem distribusi dikembalikan ke jalur resmi dan netral demi melindungi warga sipil.
Dunia Butuh Solusi Nyata
Konflik yang terjadi baik di Eropa Timur maupun Timur Tengah menunjukkan dunia berada dalam fase krisis ganda: perang geopolitik dan bencana kemanusiaan. Ketegangan antara negara adidaya, jika tidak diredam, berisiko menciptakan efek domino global, dari harga energi hingga gelombang pengungsi.
Sementara itu, penderitaan warga sipil di Gaza memperlihatkan bahwa blokade dan manipulasi politik atas bantuan kemanusiaan bisa menjadi bom waktu yang meledak sewaktu-waktu.
Presiden Trump, yang sedang menghadapi tekanan dalam negeri dan luar negeri, memiliki peran strategis dalam menyelesaikan kedua krisis ini. Namun dunia menunggu: apakah langkah berikutnya akan menciptakan perdamaian, atau justru memperuncing konflik?
Penutup: Suara dari Kemanusiaan
Di tengah segala retorika politik dan diplomasi dingin, suara yang paling penting adalah suara rakyat. Mereka yang kehilangan rumah, keluarga, dan masa depan akibat peluru dan kebijakan.
Sudah saatnya pemimpin dunia mendahulukan kemanusiaan di atas kekuasaan. Karena ketika manusia terluka, seluruh dunia ikut berdarah.